Biaya Air Hangat di Restoran – Seorang wanita belum lama ini menjadi sorotan media sosial setelah membagikan pengalamannya yang membuat dahi berkerut. Ia mengaku kesal karena restoran tempat ia makan bonus new member mengenakan biaya untuk segelas air hangat—ya, air hangat biasa, tanpa embel-embel lemon, jahe, atau rempah-rempah mewah lainnya. Hanya air yang di panaskan. Dan parahnya, harga segelas air itu setara dengan satu porsi nasi goreng di warung pinggir jalan.
Perempuan itu mengunggah struk pembayaran yang menunjukkan biaya air hangat sebesar Rp8.000. Netizen pun langsung terbelah dua: ada yang mendukung keluhannya, dan ada pula yang membela restoran.
“Itu Cuma Air Panas, Bukan Wine Prancis!”
Di unggahan tersebut, wanita itu menuliskan kalimat pedas: “Kalau tahu air hangat semahal ini slot bet 200, saya bawa termos sendiri dari rumah!” Komentar tersebut segera di banjiri dukungan dari warganet yang merasa restoran zaman sekarang makin kreatif mencari keuntungan dari hal-hal sepele.
“Bayar tempat sih oke, tapi air panas itu modalnya apa? Gas? Berapa sih satu tabung gas? Nggak masuk akal,” tulis salah satu netizen.
Yang lebih bikin panas, ternyata restoran itu tidak mencantumkan harga air hangat di menu. Wanita tersebut mengaku tidak di beri tahu sebelumnya bahwa air hangat akan di kenai biaya. Ia baru sadar setelah menerima struk, dan saat dikonfirmasi ke kasir, jawabannya hanya: “Memang peraturan dari manajemen.”
Bisnis atau Akal-akalan?
Beberapa orang membela restoran tersebut, menyebut bahwa harga itu termasuk layanan, tempat duduk, dan pajak slot 10k. Tapi tetap saja, sulit di terima nalar bahwa air hangat bisa dibanderol hampir setara kopi spesialti.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah bisnis restoran saat ini memang harus mencari celah keuntungan dari hal-hal kecil seperti air putih atau air hangat yang secara logika mestinya tidak di bebankan biaya?
Apakah kita sedang hidup di era di mana segelas air lebih mahal dari bahan baku makanannya sendiri?
Baca juga: https://sumiyajakarta.com/
Rasa Jengkel yang Mewakili Banyak Orang
Reaksi si wanita ini sebetulnya mewakili uneg-uneg banyak orang yang mungkin selama ini diam. Biaya-biaya kecil yang tidak transparan kerap kali membuat konsumen merasa di bodohi secara halus. Ini bukan lagi soal nominal, tapi soal prinsip.
Warganet pun menyerukan agar restoran lebih transparan dan jujur dalam mencantumkan harga, bahkan untuk hal sekecil air hangat. Toh, tak semua pelanggan keberatan membayar—asal tahu dari awal.
Di tengah meroketnya harga kebutuhan, di bebani segelas air hangat berharga fantastis terasa seperti lelucon pahit yang tidak lucu.